“Dy,
malam ini kita ke bioskop yuk. Ada film bagus. Pengen banget nonton. Yah yah”
kata Monika memelas kepada Rendy yang sedang istirahat setelah lelah latihan
basket.
“Ka,
kemarin kan baru aja dianter belanja. Kapan-kapan lagi yah.” pinta Rendy.
“Yah,
kok gitu sih. Ayo dong, masa nyenengin pacar aja gak mau.” kata Monika tetap
memaksa.
“Hmm..
Besok-besok lagi deh yah.” Senyum Rendy sambil meninggalkan Monika sendiri di
Lapangan Basket. Cuaca siang ini begitu panas. Sepanas hati Monika yang tidak
dipenuhi keinginannya yang hanya ingin menonton bioskop. Huh, kesal. Ada apa ya
gumam Monika dalam hati.
Monika
dan Rendy memang sudah berpacaran sejak mereka kelas XI. Mereka bersekolah di
SMA terfavorit di Bandung. Kini mereka telah menjadi siswa kelas XII. Mereka
bertemu ketika satu ekstrakulikuler Paskibra. Mereka saling jatuh cinta ketika
ditugaskan bersama pada upacara pengibaran bendera setiap hari senin. Walaupun
sama-sama kelas XII, namun mereka berbeda kelas. Rendy murid kelas XII IPS 4
sedangkan Monika XII IPA 4. Tetapi mereka bisa
menyatukan perbedaan itu. Mereka saling mengisi apa yang tidak diketahui
oleh masing-masing.
Sejak
menjadi siswa kelas XII mereka sibuk satu sama lain. Monika sibuk les di suatu
pusat bimbingan belajar terkemuka di Indonesia untuk mempersiapkan Ujian
Nasional tahun depan. Begitu juga Rendy. Untungnya mereka satu tempat les. Biar
tetap bertemu katanya dan bisa menjadi lebih semangat belajarnya.
Namun
bintang-bintang di langit yang cerah ini masih belum bisa juga menghapus rasa
kesal Monika kepada Rendy. Ia termenung di teras kamarnya yang berada di lantai
dua rumahnya. Angin malam memainkan rambut indah panjangnya.
“Sebenarnya
ada apa yaa dengan Rendy. Kok dia kaya ngehindarin aku gitu. Apa dia lagi
pusing dengan materi les sore tadi, tapi tadi dia begitu aktif dikelas.” Pikir
Monika dalam hati bingung. Kasurnya yang nyaman pun tidak mampu membuat hatinya
tenang.
“Apa dia selingkuh yaa diam-diam. Masa sih,
tapi dia masih romantis kok. Apa dia lagi bosen sama aku yaa, tapi dia masih
teleponan sama aku tiap malem. Apa ada lagi ada masalah sama orang tuanya yaa.
Tapi dia ga cerita apapun. Apa dia… Ahh tau ah pusing ”. gumam Monika. Ia lelah
dengan semua dugaan dalam hatinya yang tidak menemukan jawabannya. Akhirnya ia
tertidur dengan kondisi TV kamar menyala.
***
“Dy,
besok jalan yuk. Aku nemu restoran baru lho di Riau sana. Yuk kesana yuk. Baru soft opening mereka, tempatnya bagus dan
lagi banyak promo. Yuk pliss plisss.”
rengek Monika pada Rendy yang sedang menikmati segarnya jus mangga di kantin
sekolahnya. Sepertinya jus mangga milik Rendy lebih menarik perhatiannya di
cuaca yang sangat terik dan panas hari ini. Monika sepertinya lupa dengan
perasaannya semalam.
“Hmm
apa Ka. Tadi aku ga denger. Hehe..” ucap Rendy tersadar.
“Isssh,
kamu mah kebiasaan deh. Ah bête.” gerutu
Monika manyun. Kini Monika mengalihkan pandangan dari Rendy. Ia melihat suasana
sekitar kantin yang ramai dan berisik oleh puluhan siswa yang kelaparan sehabis
belajar.
“Yah,
jangan ngambek dong sayang. Sini coba
cerita lagi, tadi kamu ngomong apaan.” goda Rendy sambil tersenyum. Usahanya
belum berhasil. Akhirnya Ia mencolek-colek lengan Monika sambil tersenyum
menggoda. Biar tidak ngambek lagi.
“Diem
ah Rendy gak lucu tau!” ketus Monika. Usaha Rendy tidak berhenti sampai disitu.
Akhirnya Ia mengeluarkan senyum khasnya sambil menggenggam tangan putih mulus
Monika. Senyum yang membuat Monika jatuh cinta sejak Ia pertama kali
melihatnya. Senyum yang selalu ada untuk menghibur ketika Monika sedih.
“Ah
kamu mah nyebelin. Suka gitu deh kalo
aku lagi ngambek.” luluh Monika. Suasana hati pun mencair. Kini Monika bisa
tersenyum lagi. Rendy hanya bisa tertawa kecil karna usahanya berhasil.
“Besok
kita ke restoran baru di Riau yuk. Nyobain suasana baru. Kata temen-temen
makanannya enak banget lho. Yuk.”
pinta Monika tidak menyerah.
“Yah,
tapi Ka, besok ada latihan basket buat persiapan pertandingan seminggu lagi.
Maaf yaa. Hmm besok-besok lagi deh yah.” Ucap Rendy lemas.
“Oh.
Yaudah besok-besok aja terus. Alasan. Dah, ku mau balik ke kelas dulu.” kata
Monika kesal. Huh, kenapa sih dia setiap diajak jalan menghindar. Apa dia
sengaja menghindar. Pikiran Monika begitu kacau hari ini.
***
Tiga
hari berikutnya setelah pertengkaran kecil waktu itu. Monika tetap sms-an dengan Rendy. Tapi perasaannya
kini dingin, tidak bersemangat seperti biasanya. Rendy tetap menunjukkan
sikapnya seperti biasa kepada Monika. Monika hanya bermalas-malasan di kamar
berwarna ungu muda favoritnya. Malamnya, tiba-tiba Rendy menelepon Monika.
“Ka,
kamu siap-siap ya sekarang. Setengah jam lagi aku jemput kerumahmu yaa. Dandan
yang cantik, oke.” Kata Rendy terburu-buru.
“Tapi
Dy. Aku.. a..” belum sempat Monika membalas, Rendy sudah menutup teleponnya.
Huft, ini orang aneh deh. Suka ngasih kejutan gitu. Ada apa yaa. Semoga ini
firasat baik deh. Monika sedang malas berpikir. Kini ia sibuk memilih pakaian
yang cocok dan gaya feminim yang Ia pilih. Dengan dress mini selutut berwarna orange
polos, rambut dibiarkan tergerai. Aksesoris lengkap berwarna putih senada
dengan sepatu heels berhak pendek.
Kini Ia siap menemui Rendy didepan gerbang rumahnya. Akhirnya mereka dalam satu
mobil. Mereka terdiam, sedang asik dengan pikiran masing-masing. Sampai
akhirnya tiba di restoran. Monika terkejut, dekorasinya restorannya romantis,
dengan cahaya lilin temaram dapat membuat suasana hati hangat. Akhirnya mereka
sampai pada satu meja khusus yang telah dipesan Rendy. Tak lama kemudian
makanan yang mereka pesan sampai. Sambil menyantap makanan masing-masing,
akhirnya Rendy membuka pembicaraan.
“Ka,
kamu pasti masih mikirin ya kenapa sikapku begini. Tahu gak kenapa akhir-akhir
ini aku sering menolak ajakan kamu buat jalan-jalan.” kata Rendy santai.
“Oh,
kenapa gitu.” jawab Monika malas.
“Hmm..
karena aku ingin membuat rindu lebih berharga. Dengan jarang bertemu, maka
rasanya akan beda ketika bertemu lagi. Rasa cinta menjadi lebih terasa. Hal ini
seperti menabung rindu. Ketika sudah banyak akan menguntungkan si penabung. Aku
masih sayang kok sama kamu Ka.” Kata Rendy tulus dengan senyuman khasnya.
Monika terkejut mendengar itu semua. Masih tidak percaya, ia telah salah
menilai Rendy buruk selama ini. Semua dugaannya salah. Namun, Ia masih mencari
kejujuran dimata Rendy dengan menatapnya dalam-dalam.
Monika
tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Hatinya sudah tenang. Senyum sumringah
bercampur haru menemani Monika malam ini. Ia telah terpesona dengan Rendy,
tuturnya dan kepribadian yang menawan. Dan juga, ehm, fisiknya yang tegap juga
tampan. Kini, mereka satu sama lain saling berjanji dalam hati untuk tidak
melepaskan orang yang mencintai mereka secara tulus.
Enjoy my cerpen :) Maaf pelit-pelit share, buat stok lomba soalnya. Hehe
-Amanda Dessy-
No comments:
Post a Comment